Perilaku Informasi Mahasiswa Sebagai Pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi Dilihat dari Sudut Pandang Psikologi Pemakai Perpustakaan

21.07



Makalah, Rizki Eliani, Ilmu Perpustakaan Undip, 2011

Perpustakaan sebagai sumber daya informasi memegang peranan penting dalam pendidikan. Perpustakaan menentukan kualitas sebuah masyarakat. Perpustakaan saat ini sudah mulai berkembang sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya. Peran dan tujuan dari perpustakaan tidak lain hanya untuk mencerdaskan  kehidupan bangsa supaya tercapai masyarakat yang terdidik. Perpustakaan merupakan sarana utama dalam menunjang kelengkapann sarana pendidikan yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Diperguruan tinggi, perpustakaan dikenal sebagai ”jantungnya” perguruan mahasiswa tentang ilmu pengetahuan sehingga kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan wawasan ilmu yang diterimanya benar-benar bermanfaat bukan saja bagi kualitas kelulusan, melainkan juga setelah diterima di lapangan kerja dapat diterapkan dan berguna bagi lapangan kerja tersebut.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi yang merupakan kesatuan integral dari suatu perguruan tinggi. Perpustakaan ini bersama-sama dengan unit kerja lainnya dan dengan peran yang berbeda-beda, bertugas membantu perguruan tingginya untuk melaksanakan program Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang terlaksananya program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi atau lazim dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Mahasiswa sebagai tolak ukur keberhasilan suatu perpustakaan perguruan tinggi. Maju atau tidaknya suatu perguruan tinggi ditentukan oleh maju atau tidaknya keberadaan perpustakaan yang berada di perguruan tinggi tersebut. Jika perpustakaan perguruan tinggi itu baik, baik juga kualitas mahasiswanya, terutama dari segi minat bacanya. Bisa juga dilihat dari jumlah koleksi yang dipinjam oleh pemustaka. Jadi mahasiswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu system perpustakaan Perguruan tinggi. Pengguna (User) secara tidak langsung merupakan bagian dari system perpustakaan tersebut. Pengguna adalah orang yang menggunakan fungsi/guna dari suatu objek atau jasa tertentu. Berdasarkan disiplin ilmu perpustakaan : Karakter pengguna adalah cirri-ciri dari pengguna yang menelusuri setiap informasi di sebuah perpustakaan.
Prilaku pengguna sebagai wujud dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. prilaku pengguna adalah tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dibutuhkan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari prilaku pengguna. Apabila kebutuhannya tidak terpenuhi akan menunjukkan prilaku kecewa. Sebaliknya jika kebutuhannya terpenuhi, pengguna akan memperlihatkan prilaku yang gembira sebagai manifestasi rasa puasnya.Suatu perpustakaan dibentuk dengan tujuan utama untuk memberikan layanan atas kebutuhan informasi penggunanya. Oleh karena itulah pemahaman mengenai pengguna sangat diperlukan dalam kaitannya dengan proses interaksi yang terjadi di perpustakaan.
Untuk mendukung tercapainya tujuan pelayanan informasi perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi antara lain adalah buku, majalah, laporan hasil penelitian, surat kabar, kaset audio, CD-ROM serta layanan internet dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Serta melayani dosen dan mahasiswa yang memerlukan informasi ilmiah dan atau literatur-literatur yang memuat bidang ilmu, teori konsep, terapan, dan berbagai acuan teknologi yang mendukung dalam penelitiannya. Semua bahan koleksi ini disimpan di perpustakaan dengan tata urutan yang sistematis sehingga mudah dan cepat dalam penemuan kembali informasi.
Mahasiswa sebagai pemustaka pada Perpustakaan Perguruan Tinggi mempunyai perilaku informasi tersendiri. Dalam penggunaan informasi oleh pemustaka dapat diwujudkan dengan tindakan fisik. Perilaku informasi yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai pemustaka ini hampir sama di setiap Perpustakaan Perguruan Tinggi. Di dunia perpustakaan perguruan tinggi, banyak ditemukan mahasiswa yang tidak pernah memanfaatkan perpustakaan untuk berbagai alasan. Alasan-alasan inilah yang dapat dicari dan dikumpulkan. Mungkin saja mereka tidak tahu bahwa kebutuhan mereka sebenarnya dapat dipenuhi di perpustakaan. Mereka tidak tahu karena mereka punya gambaran tersendiri tentang perpustakaan. Melakukan survey secara khusus kepada pengguna potensial ini dapat menghasilkan ide-ide layanan baru bagi perpustakaan.
Aspek psikologi pengguna informasi dan perpustakaan, dalam hal ini adalah kondisi mahasiswa dilihat dari segi karakteristik perilakunya secara perseorangan ataupun secara kelompok. Setiap mahasiswa mempunyai kebutuhan dan keinginan yang tertentu sesuai dengan harapan-harapannya memperoleh keuntungan dari pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkannya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan informasi yang disajikan oleh perpustakaan.
Memang benar bahwa setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, sebagai penunjang kegiatannya, dan sebagai pemenuhan kebutuhannya. Karena kondisinya yang demikian maka secara psikologi manusia perlu selalu dilengkapi sejumlah informasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Perpustakaan menganggap bahwa manusia, baik secara perorangan maupun dalam konteksnya dengan kehidupan bermasyarakat, perlu mendapatkan informasi yang sanggup mendukung kehidupannya. Itu pulalah yang mendasari bahwa perpustakaan berusaha menyedikan sejumlah besar informasi dan sumber-sumber informasi bagi mahasiswanya.
Dervin (1992) menggambarkan seorang pencari informasi sebagai orang yang bergerak melalui sebuah situasi yang telah membuatnya merasakan ada kekurangan atau kesenjangan dalam struktur kognisinya. Kulthau (1991) menyoroti aspek afektif dalam proses pencarian informasi. Dalam modelnya, Kulthau menggambarkan kegiatan pencarian informasi sebagai sebuah proses konstruksi (pengembangan pembangunan) yang dilalui sesorang dari tahap ketidakpastian (uncertainty) menuju pemahaman (understanding). Ada 6 (enam)  tingkatan atau langkah yang terkandung dalam proses konstruksi ini, yaitu: awalan, pemilihan, penjelajahan, penyusunan, pengumpulan dan penyajian.
Berdasarkan dengan teori tersebut, pola perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat diketahui melalui langkah-langkah pencarian informasi yang mereka lakukan. Kebutuhan informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi berkaitan dengan materi perkuliahan atau minat pribadi, pengalaman serta modul-modul lain sebagai penunjang dalam menyelesaikan tugas perkuliahan maupun penelitian baik dosen maupun mahasiswa. Strategi penemuan yang dilakukan adalah dengan mencari langsung ke rak koleksi, melalui mesin pencari di internet, melalui katalog, serta bertanya kepada teman atau bertanya kepada pustakawan. Sedangkan penggunaan informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi diwujudkan dengan tindakan fisik, seperti: menggarisbawahi, menstabilo, memberi catatan, menandai dengan melipat bagian halaman dari buku, menyobek halaman buku, serta memfotokopi. Terdapat juga pemustaka yang suka meminjam buku dengan jumlah banyak dan buku-buku tersebut selalu diperpanjang waktu peminjamannya. Mereka merasa mempunyai informasi dengan cara meminjam banyak buku. Akan tetapi, buku-buku tersebut tidak semuanya dibaca bahkan ada yang tidak dibaca sama sekali hingga akhirnya buku-buku itupun dikembalikan ke perpustakaan. Terdapat juga pemustaka yang suka mengcopy pasteinformasi dari internet tanpa menganalisis lebih dahulu.
Tindakan penggunaan informasi secara mental dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kritis dan apatis terhadap informasi yang didapatkan. Tindakan penggunaan informasi secara kritis adalah tindakan penggunaan informasi yang tidak langsung percaya dan bersifat selalu berusaha menemukan letak kesalahan atau kekeliruan yang ada, yakni teliti, focus dan tajam dalam penganalisisan. Sedangkan tindakan penggunaan informasi secara apatis itu  kebalikan dari tindakan informasi secara kritis, yakni bersifat acuh tak acuh atau tidak perduli, yakni tindakan penggunaan informasi tanpa menganalisis terlebih dahulu(langsung diterima saja) tidak diteliti ulang.
Berdasarkan perilaku-perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi ada mahasiswa yang menggunakan informasi secara kritis dan ada pula yang menggunakan informasi secara apatis. Contoh penggunaan informasi secara kritis: Mahasiswa menganalisis terlebih dahulu bahan pustaka atau informasi yang telah didapatkan secara teliti dan tajam sebelum menggunakan informasi tersebut, sehingga informasi yang mereka peroleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Contoh penggunaan informasi secara apatis: pemustaka langsung menggunakan informasi yang telah mereka dapatkan tanpa perduli benar atau tidaknya informasi tersebut.
Perilaku-perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat ditinjau dari sudut pandang psikologi pemakai perpustakaan. Woodwort dan Marques menyatakan bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam berhubungan dengan lingkungannya. Psikologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan ilmiah, karena itu digunakanlah pendekatan ini untuk mengetahui kondisi-kondisi dan aspek-aspek lain yang turut mempengaruhi proses perubahan perilaku atau belajar. Jadi, psikologi adalah ilmu pengetahuan (science) yang meneliti dan mengkaji tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannnya dan dengan interaksi antarmanusia. Berkaitan dengan itu, psikologi pelayanan atau pemakai dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam proses interaksi kerja di pusat-pusat jasa layanan, yaitu antara pelanggan/pegawai dan petugas/pegawai/karyawan (Qalyubi, dkk., 2007:241).
Perilaku-perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi termasuk dalam tingkah laku pemustaka dalam proses interaksi di pusat jasa layanan (Perpustakaan Perguruan Tinggi). Secara tidak langsung perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi ini berdampak pada pustakawan pada Perpustakaan perguruan Tinggi yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan adanya proses interaksi antara pustakawan dengan pemustaka. Oleh karena itu, perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat dikaji dari sudut pandang psikologi pemakai perpustakaan.

Daftar Referensi

Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia pustaka Utama.

Pawit. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suwarno, Wiji. 2010. Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wursanto.  2009. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. “psikologi Komunikasi”. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaefudin. 2010. Perilaku Informasi Mahasiswa sebagai Pemustaka di perpustakaan Perguruan Tinggi dapat Dikaji dari Sudut Pandang Psikologi Pemakai Perpustakaan.

Purwoko. 2008. Perilaku Informasi pemakai Perpustakaan di Perpustakaan Teknik Geologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Ajick. 2010.Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan di Perguruan Tinggi.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=17. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2010

Ajick. 2010. Karakter Pengguna Perpustakaan.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=298. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2010



You Might Also Like

0 comments

Subscribe